Balada IPO Bukalapak: Dari FOMO sampai Short Selling

logo-bukalapak

Setelah banyak dibicarakan, akhirnya PT Bukalapak merealisasikan rencana mereka untuk go-public lewat Initial Public Offering (IPO). Seperti saat masih berupa kabar, pada masa IPO dan sekitarnya terjadi antusiasme yang tinggi di masyarakat. Antusiasme ini tercermin dalam kencangnya pemberitaan dan diskusi di sosial media.

Tanggal 6 Agustus 2021 PT Bukalapak (BUKA) resmi melantai di BEI lewat diadakannya seremoni virtual untuk menandai IPO Bukalapak. Bersama dengan IPO, Bukalapak juga mencatat sejarah sebagai unicorn pertama yang listing di BEI.

IPO Bukalapak disambut secara positif oleh masyarakat luas, bahkan dari jauh-jauh hari. Banyak media dan pengamat yang juga antusias dengan memberitakan prospek-prospek positif, tentunya dengan pertimbangan bahwa Bukalapak merupakan startup unicorn yang memiliki pasar besar di Indonesia. Proyeksi pasar, keuangan, sampai pergerakan harga saham Bukalapak di masa depan tak luput dari pembahasan di media. Hype terhadap IPO Bukalapak pada akhirnya membuat fenomena Fear Of Missing Out (FOMO) terhadap investor ritel karena tingginya ekspektasi mereka.

Fenomena FOMO yang terjadi di kalangan investor, termasuk investor ritel, menyebabkan terjadinya rebutan saham dari IPO startup lokal ini. Tercatat terjadi antrian beli yang sempat menembus 25 juta lot. Tak tanggung-tanggung, pada hari pertama, harga saham yang dibuka Rp850 menanjak sampai Rp1.060 pada penutupan hari pertama. Di hari kedua fenomena yang sama juga terjadi dengan harga tertinggi pada Rp1.325 dan kemudian ditutup dengan harga Rp1.110. Tingginya ekspektasi dan spike pada hari-hari awal menyebabkan BUKA terkena auto reject atas (ARA) oleh BEI untuk menstabilkan pergerakan harga saham dan mencegah terjadinya spekulasi berlebihan.

Hype terkait IPO Bukalapak pada hari-H dan sekitarnya berhasil direkam Continuum lewat sosial media. Data yang kami dapat menunjukkan terjadinya lonjakan pembahasan topik terkait IPO Bukalapak. Perbincangan tersebut berpuncak pada tanggal 6 Agustus dengan total 5095 twit pada topik spesifik IPO Bukalapak. Secara umum, perbincangan bernada netral, dengan diikuti sebagian sentimen positif dan sedikit sisa perbincangan negatif.

Meskipun perbincangan sempat tinggi, sayangnya banyak buzzer dan influencer yang memang ditujukan untuk menggenjot popularitas agar menjadi trending. Hal ini juga banyak ditemukan oleh pengguna yang skeptis terhadap naiknya pembahasan tentang Bukalapak secara tiba-tiba. Data yang kami tambang juga menemukan hal serupa, yaitu banyaknya influencer yang membuat post bernada positif soal IPO Bukalapak. Pom-pom saham yang dilakukan tercatat berhasil dengan capaian ARA oleh BEI karena tingginya permintaan.

Berhasil meroket ke Rp1.110 dua hari berturut-turut, secara tiba-tiba terjadi penjualan besar-besaran yang didominasi investor besar. Tingginya penawaran saham BUKA membuat harga saham anjlok dan terkena auto reject bawah (ARB) oleh BEI.

ARB yang tiba-tiba terjadi mengagetkan para investor ritel. ARB pada hari ketiga menunjukkan kontras yang tinggi dengan antusiasme di hari pertama dan kedua. Pada hari pertama, kenaikan 24,71 persen dan antrian 25 juta lot membuat semuanya semakin berekspektasi tinggi. Selanjutnya pada hari kedua, walaupun tidak seheboh sebelumnya, terjadi transaksi sebanyak 3,5 miliar transaksi dengan nilai lebih dari 4 triliun Rupiah. Koreksi sebesar 6,7 persen pada tanggal 10 Agustus akhirnya meruntuhkan ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap BUKA.

Koreksi pada hari Jumat banyak mengecewakan investor ritel. Perlu diingat, Rp1.035 adalah harga penutupan pada hari tersebut. Jika investor, misalnya, membeli pada peak, yaitu Rp1.325/unit artinya investor merugi sampai 28 persen. Apabila investor berinvestasi Rp1 miliar maka ia harus menerima floating loss Rp280 juta.ARB pada 10 Agustus berhasil membuat bola salju sentimen buruk terhadap BUKA. Banyak yang akhirnya juga ikut menjual karena takut dan kecewa atas pergerakan saham yang tiba-tiba kena ARB setelah ARA dua kali berturut-turut. ARB pun kembali bergulir beberapa hari dan berhenti pada 19 Agustus 2021. Fenomena cuci piring ini membuat investor kesal dan melampiaskannya melalui pemberian rating dan kometar pada aplikasi Bukalapak di Playstore.

Topik Populer dan Persebaran Pengguna

Secara umum pembahasan terkait IPO Bukalapak merupakan diskusi topik tentang ‘kerennya’ IPO Bukalapak beserta alasan-alasannya (33,69 persen), contohnya sebagai lokapasar Indonesia pertama yang IPO dan lainnya. Selanjutnya, topik ini disusul oleh pembahasan harga saham yang tinggi saat IPO (15,54 persen), harga saham yang tidak stabil (11,43 persen), dan perbandingan dengan saham GoTo yang dikabarkan akan IPO di masa depan (9,76 persen). Topik-topik yang kami dapatkan pada data tersedia menggambarkan hype terhadap IPO Bukalapak yang juga disertai sikap skeptisme sebagian pengguna terhadap pergerakan saham.

Topik IPO Bukalapak sudah mencakup banyak daerah di Indonesia. Sayangnya, mayoritas pembahasan masih terkonsentrasi di provinsi-provinsi pulau Jawa, terutama Jakarta dan Jawa Barat. Provinsi seperti Banten yang kontras dengan Jakarta pun hanya menghasilkan sedikit pembahasan. Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan penetrasi teknologi di masing-masing daerah.

Referensi:

Karunia, A. M., (2021, Aug 6). Resmi Melantai di BEI, Bukalapak Toreh Sejarah Sebagai Unicorn Pertama yang IPO. Kompas.com. https://money.kompas.com/read/2021/ 08/06/095727026/resmi-melantai-di-bei-bukalapak-toreh-sejarah-sebagai-unicorn- pertama-yang-ipo

Putra, T. (2021, Aug 15). Asing Obral Saham Bukalapak Triliunan & Investor Ritel Teriak. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20210814213435-17- 268481/asing-obral-saham-bukalapak-triliunan-investor-ritel-teriakIDX. (n.d). Company Profile Detail. https://www.idx.co.id/en-us/listed-companies/company- profiles/company-profile-detail/?kodeEmiten=BUKA

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on pinterest
Pinterest