Masuknya varian baru virus corona membuka babak baru penanganan pandemi di Indonesia. Tingginya lonjakan, kurangnya kapasitas kesehatan, dan oknum-oknum licin melengkapi situasi penanganan pandemi gelombang kedua. Menanggapi keadaan, masyarakat menyampaikan aspirasi dan keluhan mereka berharap keadaan bisa berubah.
Menanggapi naiknya kasus Covid-19 pada gelombang kedua, pemerintah memberlakukan PPKM sebagai solusi darurat untuk menurunkan tingkat penularan. Pemberlakuan kebijakan ini mendapat banyak respon dari masyarakat karena banyak mempengaruhi kehidupan mereka. Salah satunya tentang kesehatan, banyak masyarakat yang menyampaikan aspirasinya yang berisi tentang kekecewaan atas kondisi akses kesehatan yang terbilang sulit di masa pandemi.
Didesain sebagai kebijakan yang berpusat pada aspek kesehatan, masyarakat justru banyak yang merasa masih kecewa karena terdapat aspek-aspek lain yang terlewat. Mulai dari harga obat-obatan Covid-19 yang mahal, lonjakan harga oksigen, biaya isoman yang mahal, perlunya HET obat Covid-19, sampai biaya pengobatan rumah sakit yang menurut mereka di luar kapasitas menjadi sorotan di tengah pemberlakuan PPKM. Terbukti, dari data yang terkumpul, mayoritas memiliki sentimen negatif dengan isi keluhan-keluhan di atas.
Aspirasi masyarakat yang disampaikan-salah satunya lewat sosial media- juga selaras dengan realita yang ada di masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan di mana seharusnya pada masa pandemi justru dipermudah layanannya. Topik-topik tersebut diantaranya: menjual barang demi biaya pengobatan, bingungnya masyarakat karena tidak adanya jaminan dari pemberlakuan PPKM, kelangkaan obat dan penuhnya rumah sakit, dan yang paling kontras sekaligus membuat kesal masyarakat adalah topik tentang manjanya para pejabat yang meminta rumah sakit khusus dengan fakta bahwa mereka tidak berhasil membuat kebijakan pencegahan penyebaran COVID-19 sejak dini dengan sikap denial mereka terhadap eksistensi Covid-19.
Kesehatan Online Selama PPKM
Keadaan pandemi yang umumnya banyak menyulitkan masyarakat ternyata melahirkan kesempatan baru. Telemedicine yang menjadi platform konsultasi digital sempat melonjak pada awal penerapan PPKM. Layanan jasa ini memiliki fitur konsultasi dengan dokter secara online dan kemudian dokter memberikan resep kepada user yang nantinya akan diantar langsung ke rumah. Bersama penerapan PPKM, layanan ini melonjak di awal PPKM dan memiliki perbincangan yang cukup stabil seterusnya. Hal ini dikarenakan sulitnya akses transportasi dan sulitnya mendapatkan layanan rumah sakit, baik dari segi kapasitas maupun affordability.
Lonjakan Permintaan Ambulans Pada Awal PPKM
Senada dengan topik kesehatan online, perbincangan ambulans memiliki pola yang sama, yaitu lonjakan di periode awal dengan perbincangan yang stabil pada waktu selanjutnya. Tren dan lonjakan perbincangan ambulans memiliki bentuk yang sama dengan kesehatan online karena memiliki faktor serupa, yaitu tingginya kasus dan sulitnya akses (ambulans dalam konteks ini). Baik pada topik kesehatan maupun ambulans, terjadinya lonjakan bersamaan dengan tingginya kasus Covid-19 gelombang kedua. Hal ini juga secara tidak langsung menunjukkan lonjakan permintaan (demand) pada periode tersebut.
Secara umum terdapat dua topik besar perbincangan terkait ambulans, yaitu pengalaman terkait banyaknya ambulans yang lalu lalang yang dilihat dari sudut pandang orang ketiga dan kebutuhan ambulans yang banyak diangkat dari sudut pandang orang pertama. Topik pertama jika ditrunkan lagi lebih spesifik terdiri dari perbincangan seringnya suara ambulas yang lewat (32,1%) dan ketakutan dan kekhawatiran terhadap suara ambulans yang lewat (27,3%). Sedangkan untuk topik-topik terkait kebutuhan dan penggunaan layanan ambulans terbagi menjadi topik kebutuhan darurat ambulans (22,5%), sulitnya ambulans lewat karena padatnya jalan (14,9%), dan ambulans yang sudah penuh saat dibutuhkan (3%).
Ketidakseimbangan Supply-Demand Oksigen
Oksigen yang juga permintaannya meningkat pada masa awal gelombang kedua memiliki tren pembicaraan yang sama. Pada masa awal gelombang kedua, yaitu Juli 2021, terdapat lonjakan pembicaraan terkait oksigen. Umumnya pembicaraan berisi tentang kebutuhan masyarakat terhadap oksigen dan topik disekitarnya. Topik-topik kebutuhan oksigen selama PPKM terdiri dari keprihatinan terhadap banyaknya masyarakat yang butuh oksigen (42,4%), kebutuhan oksigen darurat (29,5%), rebutan oksigen (12,2%), penipuan oksigen (10,2%), dan oksigen gratis (5%).
Topik-topik terkait oksigen yang ada di media sosial menunjukkan melonjaknya permintaan oksigen pada gelombang kedua. Permintaan yang tinggi tersebut sayangnya tidak disertai kapasitas. Ketidakseimbangan tersebut memunculkan rebutan dalam mendapatkan oksigen, harga oksigen yang meningkat, dan pada akhirnya juga muncul oknum-oknum yang membuat penipuan oksigen. Pun begitu, terdapat berita baik dalam topik-topik besar terkait oksigen. Dari keprihatinan masyarakat tentang akses oksigen untuk terapi Covid-19 disambut dengan niat baik berupa oksigen gratis yang mereka promosikan lewat sosial media.
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Rumah Sakit
Sebagai penutup topik kesehatan, tim Continuum juga mengumpulkan data pembicaraan yang berhubungan dengan rumah sakit. Topik rumah sakit, baik secara tren, lonjakan, maupun topik-topik turunannya masih seragam dengan topik-topik sebelumnya. Dari kemiripan tiga indikator tersebut, bisa dinilai bahwa rumah sakit banyak dibutuhkan masyarakat terutama pada masa awal gelombang kedua. Berdasarkan topik turunannya, topik rumah sakit mayoritas berisi tweet tentang kapasitas rumah sakit yang sudah penuh (71,7%). Topik besar tersebut diikuti topik-topik kecil lain seperti kuota vaksin RS yang sudah penuh (9,4%), angka kematian yang terus naik (9,2%), diskriminasi pasien (4,9%), dan pasien yang harus mencari solusi sendiri (4,4%).
Dari data yang berhasil dikumpulkan oleh tim Continuum kita bisa melihat pola-pola, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat selama PPKM. Data yang terkumpul menunjukkan ketidakseimbangan permintaan dan kapasitas komoditas dan layanan yang dibutuhkan dalam penanganan gelombang kedua Covid-19. Selain itu, juga tercermin kondisi darurat dan keluhan masyarakat dari topik-topik pembicaraan yang ada. Kekecewaan dan kurangnya supply komoditas dan layanan tersebut akhirnya dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, contohnya pada kasus pemalsuan oksigen. Fakta-fakta di atas seharusnya bisa menjadi pertimbangan dalam penanganan pandemi, baik dari segi pencegahan maupun penanganan masalah yang ada saat PPKM.