Sorotan Opini Masyarakat Terkait Tragedi Kanjuruhan

Sumber: Bola.net

Pada 1 Oktober 2022, terjadi kerusuhan yang mengakibatkan korban di Stadion Kanjuruhan. Kejadian ini terjadi pasca kekalahan kandang Arema dari Persebaya. Akibat kerusuhan yang terjadi, setidaknya ada 583 korban terluka dan 131 korban meninggal per 10 Oktober 2022. Jumlah yang banyak tersebut menempatkan kejadian ini menjadi yang paling mematikan kedua dalam sejarah sepak bola sedunia, setelah bencana Estadio Nacional tahun 1964 di Peru yang menewaskan 328 orang.

Menuai kontroversi besar, banyak pihak yang saling menyalahkan dan membela diri dari kecaman masyarakat.  Polisi mengatakan pendukung kerusuhan menyerang pemain dan ofisial tim, dan polisi berusaha melindungi para pemain dan menghentikan kerusuhan, namun massa bentrok dengan aparat keamanan. Sebagai tanggapan, unit polisi anti huru hara mengerahkan gas air mata, yang memicu injak-injak orang di stadion yang mencoba melarikan diri dari efek gas

Meskipun bisa diberkan motifnya, banyak pihak (terutama dari supporter) yang mengatakan bahwa pihak polisi tidak seharusnya menyemprotkan gas air mata. Berdasarkan keterangan, pihak polisi tidak hanya menyemprotkan ke perusuh saja, namun juga ke penonton di tribun sehingga terjadi kepanikan. Selain itu, menurut peraturan FIFA, gas air mata dilarang penggunaannya, dan hal ini menjadi alasan mengapa banyak yang menyalahkan keamanan saat kejadian.

Terkait hal ini, Tim Continuum berusaha menginvestigasi dan melakukan analisis dari perspektif analisis sentimen. Berdasarkan data yang kami kumpulkan, polisi menjadi pihak yang paling disalahkan oleh warganet dengan hampir seluruh (99,5%) sentimen bernada negatif. Selain karena alasan prosedur dan lainnya, saat ini memang institusi kepolisian memang sedang dilanda berita-berita buruk, mulai dari kasus Sambo, Kanjuruhan, dan kasus-kasus kecil lain yang membuat citra polisi buruk di mata masyarakat.

Perbincangan lain yang menggiring opini negatif terhadap pihak kepolisian adalah simpati fans Bayern Munich (Jerman) yang membentangkan banner berisi pesan kalau polisi ‘membunuh’ 100 orang di Kanjuruhan. Simpati dengan banner tersebut menjadi banyak diperbincangkan di sosial media.

Supporter pun tentunya tidak luput dari komentar negatif, yaitu tindakan oknum supporter yang memprovokasi terjadinya kerusuhan. Selebihnya, perbincangan yang mengaitkan supporter bernada positif karena umumnya berisi doa dan harapan untuk korban bencana dan untuk sepakbola Indonesia kedepannnya.

Tragedi Kanjuruhan juga menyeret beberapa nama lembaga selain Polri. Sebagai lembaga sepakbola tertinggi di Indonesia, PSSI menjadi lembaga yang paling disorot karena dianggap paling bertanggung jawab terkait tragedi ini. Selanjutnya juga ada Presiden RI yang banyak disorot karena telah berprestasi dalam bekerjasama dengan FIFA untuk melakukan reformasi dunia sepakbola di Indonesia. Selanjutnya ada Indosiar sebagai televisi penyiar laga dan Komnas HAM

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on pinterest
Pinterest