Analisis Data Sosial Media
Selama masa pembatasan aktivitas fisik diberlakukan, work from home (WFH) menjadi model utama bekerja. Model bekerja dari rumah bisa membatasi pertemuan fisik antara pekerja dan mencegah penularan dibandingkan bekerja di kantor (WFO).
Berdasarkan data sosial media, WFH dipandang lebih fleksibel karena pekerja bisa mengalokasikan waktu sesuai kebutuhannya. Selain fleksibilitas, WFH juga mengurangi biaya-biaya selama WFO seperti perjalanan, makan, dan bensin.
Sayangnya, masih banyak dari para manajer dan pegawai yang masih belum bisa mengatur berjalannya WFH. Tweet terkait kelebihan kapasitas kerja (overworked), kesulitan menyeimbangkan pekerjaan rumah dan pekerjaan, gaji yang tidak sesuai dengan beban pekerjaan, dan fitnah tetangga membawa sentimen negatif terkait topik WFH. Tidak hanya membawa sentimen negatif, fitnah dari tetangga yang mengira judi online juga sempat menaikkan eksposur topik pada 22 November 2021.
Di sisi sentimen positif terdapat tweet tentang bagaimana menyeimbangkan kehidupan rumah dan pekerjaan, penghematan biaya dari WFH, serta pesan dari para manajer kepada pegawai agar tidak bekerja berlebihan. Lalu juga terdapat lonjakan bersentimen positif pada tanggal 29 November 2021 berupa tweet tentang kiat untuk menata ruang kerja sebelum WFO.
Analisis Mobilitas Masyarakat
Data Google Mobility Index menunjukkan adanya beberapa pola di dalam perubahan mobilitas dan kaitannya dengan vaksinasi. Pada mobilitas tempat kerja, ditemukan:
- Terdapat korelasi positif (walaupun lemah) antara tingkat vaksinasi dengan peningkatan mobilitas ke tempat kerja. Meskipun korelasinya lemah, kelemahan korelasi tersebut dapat dijelaskan dengan variabel lain seperti kondisi ekonomi, kepadatan daerah, dan kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap daerah.
- Wilayah dengan angka vaksinasi tinggi cenderung memiliki angka mobilitas ke tempat kerja (workplaces) tinggi. Hal ini berarti mereka sudah mulai kembali aktif menjalani pekerjaan secara offline, atau kembali bekerja pasca diliburkan karena ppkm.
- Hanya Bali yang memiliki angka vaksinasi tinggi namun angka peningkatan angka mobilitas pada tempat kerja lebih rendah dari wilayah lain (bahkan yang vaksinasinya lebih rendah). Hal bisa disebabkan karena wilayah Bali sendiri yang potensi ekonomi utamanya dari sektor wisata, yang sampai saat masih belum sepenuhnya 100% normal. Sehingga peningkatan aktivitas di dalamnya pun tidak sebesar daerah lain.
- Dikelompokkan berdasarkan pulau, Pulau Jawa menjadi daerah dengan peningkatan mobilitas tertinggi, sedangkan pulau Sumatera dan Kalimantan ada dibawahnya.
- Salah satu temuan dalam mobilitas tempat kerja adalah peningkatan mobilitas di Pulau Maluku dan Papua, serta Sunda Kecil yang lebih tinggi dari Pulau Kalimantan dan Sumatera yang sebenarnya memiliki tingkat vaksinasi lebih rendah. Peningkatan mobilitas berarti pemulihan dari Covid-19 juga terjadi lebih cepat. Pemulihan yang lebih cepat terjadi karena Maluku, Papua, dan Sunda Kecil memiliki tingkat penularan yang lebih rendah sehingga pemulihannya juga lebih cepat.
Selain pada mobilitas tempat kerja, juga ditemukan perubahan-perubahan pada mobilitas perumahan yang berkaitan dengan vaksinasi dan kebijakan selama masa observasi.
- Adanya korelasi yang arahnya berbeda dengan mobilitas perkantoran. Pada mobilitas perkantoran, tingkat vaksinasi memiliki korelasi positif dengan mobilitas, sedangkan pada mobilitas perumahan sebaliknya.
- Wilayah dengan angka vaksinasi tinggi cenderung memiliki penurunan mobilitas pada aspek tempat tinggal (residentials) dibandingkan dengan wilayah dengan vaksinasi rendah.
- Selaras dengan pola pada aspek workplaces, penurunan mobilitas pada aspek residentials juga dipimpin oleh Pulau Jawa dengan vaksinasi rate yang tinggi. Diikuti dengan pulau lain dengan vaksinasi yang lebih rendah.
Analisis pertumbuhan mobilitas WFH dan WFO bermuara pada kesimpulan bahwa masing-masing mode bekerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, karena adanya kondisi yang memaksa perlunya WFH maka banyak yang mengusulkan improvisasi dari mode bekerja dari rumah.
Dilihat dari pertumbuhan mobilitasnya, ditemukan pola yang berlawanan pada mobilitas dengan destinasi perumahan dan tempat kerja. Pada mobilitas perumahan, tingkat vaksinasi dosis kedua memiliki korelasi negatif yang cukup kuat dengan pertumbuhan mobilitas yang artinya semakin tinggi tingkat vaksinasi semakin kecil perumahan menjadi target mobilitas. Sebaliknya, pada mobilitas perkantoran tingkat vaksinasi memiliki sedikit korelasi positif terhadap mobilitas ke kantor. Karena korelasi tingkatnya rendah, maka ada faktor lain yang bisa dikreditkan yang mempengaruhi mobilitas dengan destinasi tempat kerja, contohnya kebijakan pemerintah dan tingkat keparahan penularan.
Topik tulisan ini merupakan salah satu topik analisis yang termuat dalam Indeks Konsumen (IKON) Report Edisi kelima. IKON Report edisi ini mengulas perbincangan di Twitter tentang pemulihan ekonomi dan mobilitas masyarakat selama dan pada masa pemulihan pandemi. IKON Report tersebut dapat anda peroleh secara gratis dengan mengaksesnya pada link ini.