Potensi pasar keuangan syariah di Indonesia sangat menjanjikan. Bermodalkan penduduk muslim terbesar di dunia, seyogyanya keuangan syariah di tanah air akan dapat tumbuh dengan baik. Sayangnya, potensi pasar yang besar tersebut tidak mampu dibarengi dengan pertumbuhan pangsa pasar yang besar pula. Hingga 2019, market share keuangan syariah di Indonesia hanya 9,01% dimana untuk perbankan syariah pangsa pasarnya sebesar 6.18% (Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia, OJK, 2019). Dengan perbandingan persentase perolehan market share antara keuangan syariah dan keuangan konvensional yang sangat jomplang tersebut, ambisi mengembangkan keuangan syariah agar bisa bersaing setara dengan keuangan konvensional akan penuh dengan jalan terjal dan dalam bayang-bayang pesimis.
Trend Analysis
Tren exposure bank Syariah untuk periode 1 April 2021 hingga 28 April 2021 menurun, dengan tingkat fluktuasi tren yang cukup tinggi. Penurunan tren ini diakibatkan dari trend exposure Bank Muamalat yang tren-nya menurun hingga akhir periode. Sementara bank BCA Syariah dan Bank Syariah Indonesia tren-nya terus naik.
Analisis topik pembicaraan tentang bank syariah menunjukkan bahwa pemberlakuan Qanun atau sejenis perda syariah nomor 11 tahun 2018 tentang kewajiban menggunakan prinsip Syariah dalam melakukan transaksi keuangan di Aceh memperoleh respon yang cukup banyak dari masyarakat, mencapai 11,2%. Kebijakan ini kemudian direspon dengan pamitnya beberapa bank konvensional dari Aceh. Pembicaraan merger BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia membuat 15,69% warganet merasa bingung. Terlebih, 3,12% masyarakat mengkritik bank syariah yang dinilai belum sesuai syariah. Sementara itu, sebesar 21,88% masyarakat menilai rekening bank syariah menjadi pilihan populer untuk menghimpun donasi. Hal tersebut karena lembaga-lembaga zakat, infak, sedekah kerap menggunakan rekening bank syariah untuk menerima donasi.
Brand Analysis
Bank Syariah Indonesia menjadi bank syariah terpopuler yang dibicarakan oleh konsumen dengan mengoleksi total brand exposure tertinggi, yakni sebesar 65,9%. Sebagai bank hasil merger dari tiga bank syariah (BNI Syariah, BRI Syariah dan Mandiri Syariah), Bank Syariah Indonesia mampu mengungguli perolehan exposure bank Muamalat yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia.
Demographic Analysis
Dari sisi analisis kewilayahan, meski percakapan bank Syariah sudah mulai menyebar ke daerah luar Jawa namun dominasi konsumen masih terfokus di pulau Jawa dengan Jakarta menempati posisi pertama dan Aceh masuk dalam sepuluh provinsi teratas. Persebaran pembicaraan per brand-nya menunjukkan bahwa Bank Syariah Indonesia memiliki sebaran konsumen yang paling luas, disusul oleh bank Muamalat dan terakhir BCA Syariah. Sentralisasi keuangan syariah yang masih terkungkung di Jawa menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku keuangan syariah untuk gencar dalam melakukan literasi keuangan syariah di Indonesia. Terlebih, berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) per 2019 Indeks Literasi keuangan syariah di Indonesia masih berada di single digit (8.93%) dari sebelumnya di tahun 2016 sebesar 8,10%. Sebaliknya, perkembangan Indeks Literasi keuangan konvensional cukup baik dari 29,5% di tahun 2016 menjadi 37,2% di 2019.
Topik tulisan ini merupakan salah satu topik analisis yang termuat dalam Indeks Konsumen (IKON) Report Edisi kedua. Pada edisi ini IKON Indonesia secara khusus mengulas perbincangan di Twitter tentang ekonomi Ramadan dan aktivitas-aktivitas yang menjadi tradisi saat Ramadan. IKON Report tersebut dapat anda peroleh secara gratis dengan mengaksesnya pada link ini.